
Pada tanggal 16 Oktober 1964 atas permintaan dari Romo Paroki, Rm. CAW. Rommens SJ, Bp. BJ. Partoatmojo bersama dengan Bp. REYS. Brotowiyoto mengadakan pendataan dengan mengunjungi keluarga-keluarga Katolik di wilayah Kecamatan Temon. Ternyata ada 3 Keluarga Katolik dengan jumlah jiwa 17 orang. Untuk mengetahui kemungkinan karya misi di Temon, tanggal 19 November 1964 Rm. Rommens mengangkat Bp. Partoatmojo sebagai Ketua Kring/penanggungjawab umat Katolik di Temon dan sekitarnya serta merintis pembentukan Kring .
Perkembangan jumlah umat terjadi setelah peristiwa G 30 S, ketika pemerintah mengharuskan setiap warga Negara untuk memeluk salah satu agama yang diakui di Indonesia. Ketika itu jumlah umat sekitar 20 jiwa. Untuk mendukung reksa pastoral, Bp. AK. Hadiprawoto BA. sebagai pengurus Kring agar diadakan Misa Kudus untuk umat di Temon satu bulan sekali. Perayaan Misa pertama kali untuk Kring Temon diadakan pada hari minggu, 24 juni 1966 bertempat di Plumbon. Perayaan Ekaristi itu dihadiri pula oleh umat Kring Karangwuni. Pada saat itu juga diresmikan berdirinya Kring Temon. Kring Temon semakin berkembang berkat kesaksian umat, semangat pengabdian dari para pengurus Kring dan dukungan Bp. P. Suharjo, Komandan TNI-AU Congot, serta kegigihan seorang katekis Bp. FME. Sumardi.
Karena Temon cukup jauh dari Wates, beberapa umat yang lanjut usia mengalami kesulitan untuk mengikuti Perayaan Ekaristi mingguan di Wates, maka muncullah keinginan untuk mendirikan kapel sendiri sebagai tempat ibadah. Sekitar tahun 1969 dibentuk panitia untuk merintis pendirian kapel di Temon. Panitia ini diketuai oleh Bp. Ign. D.Tjiptomartojo. namun karena mengalami banyak kendala, keinginan untuk mendirikan kapel itu belum berhasil diwujudkan. Meskipun demikian hal itu tidak mematikan semangat umat untuk mengikuti Perayaan Ekaristi setiap minggu. Karena itu pada hari-hari minggu dimana Romo Paroki tidak hadir, diadakan Ibadat Sabda yang dipimpim oleh awam di rumah-rumah umat secara begiliran. Ibadat Sabda Hari Minggu ini semakin berkembang setelah di Paroki Wates ada Diakon awam. Pada tahun 1976 Lingkungan Temon telah memiliki diakon awam sendiri yaitu Bp REYS. Brotowiyoto. Keberadaan diakon awam ini juga semakin menggairahkan umat untuk semakin terlibat dalam kegiatan Liturgi Gereja. Pada tahun 1978 untuk pertamakalinya Lingkungan Temon mengadakan Perayaan Minggu Palma yang dipimpin oleh Diakon Awam Paroki Wates Bp. RB. Abadi Wasito Joewono.
Lokasi tempat tinggal umat yang sangat berjauhan menyulitkan komunikasi antar umat. Kendala ini dicoba diatasi dengan membentuk tim humas yang di koordinasi oleh Bp. AM. Sardjo. Team yang dibentuk tanggal 26 April 1979 ini bertugas untuk mempermudah komunikasi antar umat dengan menyampaikan dan menerima berita-berita baik dari Stasi, Paroki ataupun dari antara umat sendiri. Berita-berita itu sangat penting terutama bagi keluarga-keluarga Katolik yang tempat tinggalnya cukup terpencil, sehingga mereka tidak merasa sendirian. Tim ini juga berusaha mewujudkan ajaran Kristus untuk saling mendukung dan menguatkan terutama jika ada umat yang sedang mengalami kesulitan.
Kendati banyak kesulitan dan tantangan, keinginan untuk mendirikan kapel sendiri tetap menyala-nyala di hati umat. Pada tahun 1980 umat Katolik Lingkungan Temon kembali bergerak untuk mewujudkan tekad itu. Panitia Pembangunan Kapel dibentuk kembali dengan ketua Bp. AS. Brotowiyono. Seminggu sekali setelah ibadah bersama, umat mengadakan kerja bakti untuk membuat bata merah. Berkat dukungan dari pelbagai pihak dan terutama juga dari tekad umat yang membaja, akhirnya keinginan itupun dapat terwujudkan. Kapel Temon berada di bawah perlindungan SANTO CAROLUS BORROMEUS berdiri di desa Sindutan di atas tanah seluas 250m2 milik Bp. Albertus Sry Soepadi yang dibeli dengan harga 262.500,-. Kapel Temon tersebut diberkati pada tanggal 20 Nopember 1983 oleh Rm Ign. Kuntara Wiryamartana, SJ dari IKIP Sanata Dharma yang sedang membimbing mahasiswa KKN di Wilayah Temon. Hal itu disebabkan karena Paroki Wates ketika itu sedang mengalami kekosongan Pastor Paroki.
Perkembangan selanjutnya mulai tahun 1995 Pengurus wilayah dengan membentuk panitia Rehabilitasi Gereja untuk mengganti, melengkapi sarana peribadatan membeli kursi panjang sebanyak 30 buah, membeli tanah seluas 175,5 m² dan membangun pagar dan taman peresmian pagar dan taman ditandai dengan penanaman pohon cemara oleh Romo J. Winarto, Pr.
Perkembangan jumlah umat terjadi setelah peristiwa G 30 S, ketika pemerintah mengharuskan setiap warga Negara untuk memeluk salah satu agama yang diakui di Indonesia. Ketika itu jumlah umat sekitar 20 jiwa. Untuk mendukung reksa pastoral, Bp. AK. Hadiprawoto BA. sebagai pengurus Kring agar diadakan Misa Kudus untuk umat di Temon satu bulan sekali. Perayaan Misa pertama kali untuk Kring Temon diadakan pada hari minggu, 24 juni 1966 bertempat di Plumbon. Perayaan Ekaristi itu dihadiri pula oleh umat Kring Karangwuni. Pada saat itu juga diresmikan berdirinya Kring Temon. Kring Temon semakin berkembang berkat kesaksian umat, semangat pengabdian dari para pengurus Kring dan dukungan Bp. P. Suharjo, Komandan TNI-AU Congot, serta kegigihan seorang katekis Bp. FME. Sumardi.
Karena Temon cukup jauh dari Wates, beberapa umat yang lanjut usia mengalami kesulitan untuk mengikuti Perayaan Ekaristi mingguan di Wates, maka muncullah keinginan untuk mendirikan kapel sendiri sebagai tempat ibadah. Sekitar tahun 1969 dibentuk panitia untuk merintis pendirian kapel di Temon. Panitia ini diketuai oleh Bp. Ign. D.Tjiptomartojo. namun karena mengalami banyak kendala, keinginan untuk mendirikan kapel itu belum berhasil diwujudkan. Meskipun demikian hal itu tidak mematikan semangat umat untuk mengikuti Perayaan Ekaristi setiap minggu. Karena itu pada hari-hari minggu dimana Romo Paroki tidak hadir, diadakan Ibadat Sabda yang dipimpim oleh awam di rumah-rumah umat secara begiliran. Ibadat Sabda Hari Minggu ini semakin berkembang setelah di Paroki Wates ada Diakon awam. Pada tahun 1976 Lingkungan Temon telah memiliki diakon awam sendiri yaitu Bp REYS. Brotowiyoto. Keberadaan diakon awam ini juga semakin menggairahkan umat untuk semakin terlibat dalam kegiatan Liturgi Gereja. Pada tahun 1978 untuk pertamakalinya Lingkungan Temon mengadakan Perayaan Minggu Palma yang dipimpin oleh Diakon Awam Paroki Wates Bp. RB. Abadi Wasito Joewono.
Lokasi tempat tinggal umat yang sangat berjauhan menyulitkan komunikasi antar umat. Kendala ini dicoba diatasi dengan membentuk tim humas yang di koordinasi oleh Bp. AM. Sardjo. Team yang dibentuk tanggal 26 April 1979 ini bertugas untuk mempermudah komunikasi antar umat dengan menyampaikan dan menerima berita-berita baik dari Stasi, Paroki ataupun dari antara umat sendiri. Berita-berita itu sangat penting terutama bagi keluarga-keluarga Katolik yang tempat tinggalnya cukup terpencil, sehingga mereka tidak merasa sendirian. Tim ini juga berusaha mewujudkan ajaran Kristus untuk saling mendukung dan menguatkan terutama jika ada umat yang sedang mengalami kesulitan.
Kendati banyak kesulitan dan tantangan, keinginan untuk mendirikan kapel sendiri tetap menyala-nyala di hati umat. Pada tahun 1980 umat Katolik Lingkungan Temon kembali bergerak untuk mewujudkan tekad itu. Panitia Pembangunan Kapel dibentuk kembali dengan ketua Bp. AS. Brotowiyono. Seminggu sekali setelah ibadah bersama, umat mengadakan kerja bakti untuk membuat bata merah. Berkat dukungan dari pelbagai pihak dan terutama juga dari tekad umat yang membaja, akhirnya keinginan itupun dapat terwujudkan. Kapel Temon berada di bawah perlindungan SANTO CAROLUS BORROMEUS berdiri di desa Sindutan di atas tanah seluas 250m2 milik Bp. Albertus Sry Soepadi yang dibeli dengan harga 262.500,-. Kapel Temon tersebut diberkati pada tanggal 20 Nopember 1983 oleh Rm Ign. Kuntara Wiryamartana, SJ dari IKIP Sanata Dharma yang sedang membimbing mahasiswa KKN di Wilayah Temon. Hal itu disebabkan karena Paroki Wates ketika itu sedang mengalami kekosongan Pastor Paroki.
Perkembangan selanjutnya mulai tahun 1995 Pengurus wilayah dengan membentuk panitia Rehabilitasi Gereja untuk mengganti, melengkapi sarana peribadatan membeli kursi panjang sebanyak 30 buah, membeli tanah seluas 175,5 m² dan membangun pagar dan taman peresmian pagar dan taman ditandai dengan penanaman pohon cemara oleh Romo J. Winarto, Pr.